Sebelum 22

Aku ingin memulainya dengan perjumpaan pertama. Kita bertemu pada tanggal 28 Oktober 2019, sebuah tanggal yang amat sakral bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut masyarakat Indonesia memperingatinya sebagai hari Sumpah Pemuda yang bermula pada tanggal 20 Oktober 1928. Para pemuda berkumpul untuk membicarakan sebuah ide besar tentang bangsa. 92 tahun kemudian, kita bertemu dengan sekumpulan pemuda satu daerah untuk membicarakan peranan kita dalam sebuah paguyuban daerah. Sama seperti sumpah pemuda, orang-orang yang hadir diwakili oleh daerah mereka. Ada perwakilan Jong Sumatera Bond, Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, dan berbagai organisasi kedaerahan lainnya. Begitu juga pertemuan kita, hadir dalam satu daerah yang sama, tapi suku-suku Minangkabau yang berbeda. Tujuannya yaitu memperkuat tali silaturrahmi antar pemuda, dan menyumbangkan ide untuk pembangunan di daerah. Pertemuan yang berkesan.

Aku tidak ingin menceritakan detailnya, tapi pertemuan itu adalah awal mula dari hubungan yang kita jalin sekarang. kesan pertama yang aku dapatkan adalah, kamu itu seorang yang cerdas. Perlahan, dengan berjalannya waktu, kita lebih sering bertemu, disela-sela waktu kerja, aku meluangkan waktu hanya untuk bertemu. Pertemuan intens kita di daerah Rawamangun, beberapa hari setelah pertemuan tanggal 28 Oktober itu. Setelah itu pertemuan berdua juga di daerah Rawamangun. Komunikasi yang intens, ditambah pertemuan yang semakin sering tentu saja menimbulkan suatu perasaan yang tidak biasa. Adalah manusiawi jika perasaan itu muncul. Puncaknya terjadi ketika kita menonton film bioskop bersama di Bekasi. Selesai dari sana kita menikmati secangkir kopi panas, dan kue donat yang empuk. Kita bercerita banyak dan bertukar pikiran tentang film yang kita tonton. Sorenya, kita pulang, hujan gerimis menemani kita dalam perjalanan. Pertanyaan yang sudah lama dipendam akhirnya keluar juga, “sebenernya kita ini apa sih” tanyaku. “ya menurut uda kita ini apa?” Dari pertanyaan itulah semuanya dimulai.

Hubungan kita mulai terjalin. Kita bersepakat bahwa hubungan ini tidak seperti orang muda yang masih dalam masa peralihan, tapi lebih kepada hubungan yang diniatkan dengan serius. Disaat bersamaan, organisasi yang kamu inisiasi juga terus bergerak. Guguek Marantau Junior dipercaya untuk perhelatan besar. Sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menjalin tali silaturrahmi dengan orang satu daerah. Aku sebagai ketua, dan kamu sebagai sekretaris. Segala proses perizinan dan tukar pikiran sering kita lakukan berdua, hubungan kita semakin intens dan semakin dekat. Awalnya, tidak ada kecurigaan yang terhendus oleh teman-teman satu organisasi. Tapi begitulah, seperti kata orang bijak “sepandai-pandai tupai melompat, dia akan jatuh juga.” Kita terciduk.

Tidak butuh waktu lama untuk mengukir banyak kenangan. Rapat yang begitu sering tentu saja membuat pertemuan kita semakin intens. Tidak hanya itu, sebelum kegiatan perhelatan besar Guguek Marantau dimulai, kita berlibur ke Bandung, hanya berdua. Sebuah liburan yang tidak pernah aku bayangkan akan pergi dengan seorang wanita. Liburan yang nekat. Naik kereta api menuju Bandung pada jam 6 pagi. Hari itu adalah pengalaman pertama aku naik kereta eksekutif, dan juga ke Bandung. Di Bandung, kita menyewa sepeda motor untuk berkeliling. Bandung adalah kota yang indah. Kita menyusuri daerah pedesaannya, Lembang. Daerah yang dingin dengan udara yang sejuk, seperti berkunjung ke kampung sendiri. Pengalaman yang paling absurd ketika liburan itu adalah kamu yang mengendarai motor. Tidak pernah terfikir untuk dibonceng oleh seorang wanita. Sungguh ide yang aneh. Sorenya kita pulang dengan kondisi yang sangat lelah. Menumpaki kereta ekonomi membuat kita tertidur lelap sepanjang perjalanan. Pada pukul setengah 9 malam, kita sampai di Bekasi. Liburan usai, saatnya berpisah sementara.

Tahun 2020 sudah datang. Perhelatan kita semakin dekat. Pada 12 Januari 2020, kita siap melaksanakan apa yang telah direncakan dari bulan November 2019. Acara tersebut bisa dibilang sukses. Karena pertama, tanpa perkenalan pengalaman organisai satu sama lain, kita berhasil menghadirkan ratusan orang dalam acara silaturrahmi Urang Guguek di Rantau. Satu hal yang sangat disayangkan ketika itu adalah tidak ada foto kita berdua. Malang.

Ada satu cerita lucu yang tidak bisa aku lupakan. Mungkin kamu juga akan mengatakan hal yang sama. Dari bulan Januari 2020, hujan mengguyur daerah Jabodetabek. Suatu waktu, kamu sedang sakit, dan besoknya harus ke kampus. Kamu meminta untuk ditemani. Paginya aku berencana untuk berangkat ke kantor dulu, tapi diperjalanan banjir sudah setinggi pinggang, aku mencari jalan lain supaya bisa menuju kantor, tapi semua jalan sudah tergenang banjir, aku tidak bisa lewat, dan tidak jadi ke kantor. Akhirnya aku memutuskan untuk langsung menuju stasiun Klender, disana aku menunggu kereta, mungkin sekitar setengah jam. kereta listrik juga tidak bisa lewat, karena rel tergenang banjir. Akhirnya aku memutuskan untuk naik motor menuju Bekasi. Hujan masih deras, dimana-mana jalanan tergenang banjir. Aku kebut motor supaya cepat sampai di stasiun Bekasi untuk memakirkan motor. Ternyata sampai di Cakung, jalanan tergenang banjir. Tidak bisa lewat sama sekali, motor dan mobil berjejeran sepanjang jalan. Karena perasaan tidak enak ditunggu, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil arah ke trotoar jalan yang tidak bagus. Trotoar tersebut menyimpan banyak lubang, dan aku terperosok ke dalam lubang tersebut, masuk kedalamnya membasahi celana sampai ke baju. Aku malu karena orang sangat ramai, tapi orang membantu aku untuk keluar, motor jatuh, dan cukup sulit untuk dikeluarkan. Akhirnya, aku keluar dan menerabas jalanan tersebut. Setelah sampai di dekat stasiun Bekasi, aku memakirkan motor, aku buka jas hujan, ketika membuka celananya, aku mendengar bunyik “kreeeeeeeeek”, perasaanku tidak enak, celana itu aku pakai saja. Tidak lama aku menunggu, kamu datang dengam mobil. Di mobil aku memeriksa bunyi tadi, ternyata celana hitam ku sobek sampai ke atas paha. Kamu tertawa. HAAHAHAHAHHAHAH. Kejadian yang sangat lucu dan berkesan.

Setelah acara tersebut, kita masih sering bertemu, bahkan lebih sering dari biasanya. Secara pelan-pelan juga, kamu mulai mengontrol kebiasaanku tidak kamu sukai. Mulai memperhatikan kesehatan, makanan, kebersihan, dan kebiasaan buruk yang aku lakukan. Kamu ubah itu dengan sabar. Yang hasilnya, aku berhenti merokok, berat badan naik, muka cerah. Berhenti merokok ini adalah point penting yang selalu aku garis bawahi. Aku tidak pernah terfikir untuk berhenti merokok. Bahkan suatu hal yang mustahil untuk berhenti merokok bagi seorang yang bisa menghabiskan 1 sampai 2 bungkus sehari. Tapi kamu bisa melakukan itu. Dengan kesabaran, dengan cinta kamu lakukan itu. Aku tidak menduga juga, bahwa cinta bisa mengalahkan ego untuk berhenti merokok. Untuk semua kebaikan yang kamu lakukan, aku tidak bisa berucap apa-apa. Terima kasih terlalu ringan untuk kata tersebut. Tapi aku sangat menghargai apa yang kamu lakukan itu.

Hubungan kita terus berjalan seperti air. Batu-batu kerikil dalam hubungan sudah sering kita temui. Tawa, canda, sedih, senang, dan konflik dalam hubungan yang terjadi adalah proses untuk pengenalan sebelum kita beranjak ke jenjang yang lebih serius. Satu peristiwa yang mungkin anak cucu kita belum tentu mengalaminya adalah, terjadinya penyebaran virus corona di Indonesia. Virus yang menghebohkan dunia saat ini, dengan jumlah korban yang sangat besar. Ada pendapat yang mengatakan bahwa virus ini adalah siklus dari virus 1 abad yang lalu, yaitu flu spanyol yang memakan banyak korban juga. 100 tahun sebelumnya juga terjadi virus yang memakan korban jiwa cukup banyak.

Aku sengaja menuliskan ini, karena pada bagian inilah banyak kenangan berkesan. Pada awal-awal tersebarnya informasi mengenai virus corona, kita mengalami kepanikan yang hebat. Perjumpaan semakin sulit karena virus ini menyerang orang yang berinteraksi secara langsung, baik melalui sentuhan, nafas, dan udara. Tersebarnya informasi tersebut juga berbarengan dengan informasi mengatasinya, seperti mengunakan masker, cuci tangan, dan menjaga jarak. Kamu sangat rewel untuk mengingatkan aku supaya jangan lupa cuci tangan, jaga jarak, dan menggunakan masker. Kadang aku suka kesal karena kamu bawel, tapi senang karena diingatkan seperti itu.

Aktivitas dunia mulai berubah. Pekerjaan yang biasanya dilakukan di kantor, sekarang dipindahkan ke rumah. Segala aktivitas yang biasanya dilakukan diluar, sekarang ditekankan untuk dilakukan di rumah. Begitu pula dengan perjumpaan kita. Kita berjumpa dengan koneksi media sosial melalui video call. Namun, kita mengalami kejenuhan. Akhirnya, kamu memutuskan untuk mendatangi aku ke Rawamangun. Pengorbanan yang sangat luar biasa. Naik motor pulang pergi dari Bekasi ke Rawamangun. Hampir setiap hari. Berbulan-bulan. Pengorbanan itu kamu lakukan tanpa lelah, sampai sekarang. Hanya untuk kita bisa berjumpa, melepaskan rindu dengan bercengkrama dan bercanda. Lelah? Itu sudah tentu. Tapi kamu tidak pernah mengeluh. Kamu selalu mengatakan “aku senang kok menjalani ini.” Terkadang, aku merasa rendah diri, malu, dan minder. Bisa ada seorang perempuan yang cantik dari keturunan yang baik, ekonomi yang mapan mendatangi seorang laki-laki yang jelek, miskin dan tinggal dipemukiman yang kumuh. Tapi kamu tidak mengeluh juga. Asal kita bertemu, kamu senang. Terima kasih yang tak terhingga untuk pengorbanannya.

Pengorbanan kamu tidak hanya waktu, tenaga dan uang untuk pertemuan kita. Tapi juga kesabaran kamu menghadapi sifat aku yang begitu egois. Ditambah juga, keadaan ekonomi aku yang sedang terpuruk. Kamu tidak pergi. Kamu tetap berdiri tegak disampingku. Dengan penuh kesabaran, kita jalani keadaan ini dengan penuh canda dan tawa. Lagi-lagi pengorbanan yang tidak bisa hanya dibalas dengan ucapan terima kasih.

Aku ingin menutup tulisan ini untuk sementara waktu, terlalu panjang jika aku lanjutkan. Kenangan kita begitu banyak, memoriku tidak cukup banyak untuk menampungnya, dan kemampuanku terbatas untuk menumpahkannya kedalam tulisan ini. Sekarang sudah 18 Oktober 2020. Hari ini adalah hari ulang tahunku. Pada pukul 02.00 aku menyelesaikan tulisan ini. Setelah fakum dalam waktu yang begitu lama, akhirnya aku menulis. Tulisan sebelum usia kamu memasuki 22 tahun pada tanggal 20 Oktober nanti.

Auliya, selamat ulang tahun. Terima kasih telah hadir dalam hidup uda. Semoga kamu selalu sehat wal afiat, panjang umur, dan dimudahkan segala urusannya. Pinta uda tidak banyak, tetap semangat untuk menjalani skripsi, i know you can do that. Tetap seperti ini sampai kita bersama dijenjang yang selanjutnya, tentu saja harus tetap sepert ini sampai nyawa memisahakan kita. Tidak ada kado spesial yang bisa uda persembahkan kecuali tulisan ini. Semoga kamu selalu dalam kebaikan dan lindungan Allah s.w.t. Amin ya rabbal alamin

Jakarta, 18 Oktober 2020.

Salam manyarengeh.

Yanter Bahri

Tinggalkan komentar